Stroke menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita orang di seluruh dunia. Data World Stroke Organization menyebut ada lebih dari 12 juta orang di seluruh dunia terkena stroke pada 2024. Tapi benarkah stroke bisa lebih rentan terhadap golongan darah tertentu?
Sebuah studi yang terbit di jurnal Neurology tahun 2022 mencoba mengungkapkan apakah golongan darah berkaitan dengan risiko terkena stroke. Para peneliti mengumpulkan data dari 48 studi genetik, yang mencakup sekitar 17.000 orang penderita stroke dan hampir 600.000 orang yang bukan penderita stroke. Semua peserta berusia antara 18 dan 59 tahun.
Para peneliti akan mencari genom yang terkait dengan risiko stroke. Genom tersebut akan menunjukkan golongan darah tertentu.
Golongan Darah Apa yang Lebih Berisiko Terkena Stroke?
Selama ini, diketahui bahwa golongan darah membedakan jenis berdasarkan antigen atau antibodi yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Beberapa golongan darah utama adalah A, B, AB, dan O.
Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa orang dengan golongan darah A lebih mungkin mengalami stroke sebelum usia 60 tahun. Hasil analisis menunjukkan adanya dua lokasi genetik yang terkait dengan peningkatan risiko stroke, salah satunya berada di wilayah yang berkaitan dengan golongan darah.
Menurut studi tersebut, orang dengan golongan darah A memiliki risiko stroke 16 persen lebih tinggi dibandingkan golongan darah lainnya. Sementara orang dengan golongan darah O memiliki risiko stroke sebesar 12 persen, dan golongan darah B sebesar 11 persen.
Dalam studi ini, peneliti menunjukkan bahwa urutan genetik golongan darah A dan B juga dikaitkan dengan risiko penggumpalan darah di pembuluh darah vena yang sedikit lebih tinggi, yang disebut trombosis vena.
Kenapa Golongan Darah A Lebih Berisiko Stroke?
Kendati demikian, para peneliti belum mengetahui secara pasti mengapa golongan darah A memiliki risiko stroke yang lebih tinggi dibandingkan golongan darah lainnya.
“Kami masih belum mengetahui mengapa golongan darah A memberikan risiko lebih tinggi,” kata penulis senior dan ahli saraf vaskular dari University of Maryland, Steven Kittner, yang dikutip dari Science Alert.
Menurutnya, ada kemungkinan berhubungan dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel-sel yang melapisi pembuluh darah serta protein lain yang bersirkulasi, yang semuanya berperan dalam pembentukan bekuan darah.
Peneliti mengatakan studi mereka bukan untuk menyebar kekhawatiran terhadap golongan darah tertentu. Namun, studi bisa dijadikan bahan untuk memperkaya pengetahuan tentang penyakit stroke.
“Kami jelas membutuhkan lebih banyak penelitian lanjutan untuk memperjelas mekanisme peningkatan risiko stroke,” ujar Kittner.
Leave a Reply