Penyakit

VIRUS

PCOS adalah Penyakit Hormonal Wanita Subur, Apakah Bisa Sembuh dan Berpotensi Hamil?

coronatalk.org, Jakarta - PCOS, atau Polycystic Ovarian Syndrome, adalah gangguan hormonal yang sering dijumpai pada wanita usia subur.

coronatalk.org, Jakarta – PCOS, atau Polycystic Ovarian Syndrome, adalah gangguan hormonal yang sering dijumpai pada wanita usia subur.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi di RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah – Puri Indah, dr. Shanty Olivia Jasirwan, Sp. O.G, Subsp. F.E.R., menjelaskan, PCOS adalah kumpulan gejala, bukan penyakit tunggal. Gejala utamanya meliputi:

  1. Gangguan Ovulasi, yang ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
  2. Gambaran pada USG yang menunjukkan ovarium polikistik, terdapat banyak kista kecil di ovarium tanpa adanya dominasi folikel besar.
  3. Gejala Hiperandrogenisme, yaitu kondisi ketika ada peningkatan hormon pria dalam tubuh wanita, yang bisa menyebabkan pertumbuhan rambut berlebih atau jerawat.

Shanty, mengatakan, untuk mendiagnosis PCOS, minimal dua dari tiga gejala tersebut harus ada,”Kalau cuma satu gejala, kita tidak bisa bilang itu PCOS.”

PCOS Disebabkan Oleh Apa?

Meskipun penyebab pasti PCOS belum sepenuhnya diketahui, terdapat berbagai teori mengenai faktor pemicunya. Salah satunya adalah faktor genetik, yang memiliki peran penting dalam meningkatkan risiko seseorang terkena PCOS.

Namun, Shanty menekankan bahwa PCOS juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup, terutama gaya hidup yang tidak sehat.

Gaya hidup yang kurang sehat, seperti pola makan yang tidak terkontrol, konsumsi makanan olahan berlebihan, serta kurangnya aktivitas fisik, dapat menjadi pemicu terjadinya PCOS pada individu yang memiliki faktor genetik tertentu.

“Fakto kegemukan, obesitas, atau overweight, juga bisa mencetuskan terjadinya PCOS,” kata Shanty dalam diskusi ‘Apa dan Bagaimana Inseminasi, sebagai Penanganan Gangguan Kesuburan’ pada Selasa, 19 November 2024.

Apakah Penyakit PCOS Dapat Dicegah?

Walaupun faktor genetik tidak dapat diubah, Shanty menjelaskan bahwa seseorang masih dapat mencegah munculnya PCOS dengan menjaga gaya hidup yang sehat.

Gaya hidup sehat meliputi pola makan bergizi, olahraga teratur, serta menjaga berat badan ideal. Jika seseorang sudah memiliki kecenderungan genetik untuk PCOS, pengelolaan gaya hidup sehat ini dapat mencegah terjadinya gejala yang lebih parah.

Namun, meskipun sudah menerapkan gaya hidup sehat, ada juga kasus ketika seseorang tetap mengalami PCOS, yang menandakan bahwa faktor genetik bisa lebih dominan.

“Kalau hal seperti itu, kita tidak bisa menghindarinya,” tambahnya.

Meskipun PCOS tidak bisa disembuhkan, Shanty menekankan bahwa gejalanya dapat dikendalikan dengan perawatan yang tepat. Salah satu gejala yang paling umum adalah gangguan menstruasi, yang bisa diatasi dengan pengobatan untuk menstabilkan hormon.

Obat-obatan hormonal sering digunakan untuk mengatur siklus menstruasi dan mengatasi ketidakseimbangan hormon.

Bagi wanita yang ingin hamil, perawatan untuk meningkatkan kesuburan juga tersedia, seperti penggunaan obat-obatan untuk merangsang ovulasi atau memperbaiki proses pematangan sel telur. Dengan penanganan yang tepat, banyak wanita dengan PCOS dapat berhasil mengatasi gangguan kesuburan dan mendapatkan kehamilan yang diinginkan.

Inseminasi atau IUI (Intra Uterine Insemination) merupakan salah satu metode untuk membantu pasangan yang mengalami kesulitan dalam memiliki anak. Guna meningkatkan peluang keberhasilan inseminasi, Dokter Spesialis Andrologi RS Pondok Indah – Puri Indah, dr. William, Sp. And, mengatakan, pria juga perlu melakukan beberapa persiapan agar kondisi sperma lebih optimal.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh suami untuk mendukung keberhasilan proses ini.

1. Mengoptimalkan Kondisi Sperma

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan kualitas sperma dalam kondisi terbaik. Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat-obatan untuk mengoptimalkan produksi sperma.

Selain itu, penting juga untuk memperbaiki kondisi kesehatan secara umum, seperti mengendalikan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol.

Menghindari pola hidup tidak sehat, seperti konsumsi junk food dan kurangnya aktivitas fisik, juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas sperma.

2. Menstabilkan Kondisi Hormonal dan Seksual

Jika ada gangguan hormonal atau disfungsi seksual, kondisi ini perlu diatasi sebelum inseminasi. Misalnya, jika pria mengalami gangguan ereksi, proses pengaliran sperma ke indung telur tentu tidak dapat terjadi.

Menstabilkan hormon hingga mencapai kondisi yang ideal sangat penting untuk memastikan kualitas sperma yang optimal.

3. Menjaga Berat Badan Ideal dan Berolahraga Secara Teratur

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sperma adalah dengan menjaga berat badan ideal. Olahraga ringan hingga sedang, seperti jalan santai, senam, yoga, jogging, atau bersepeda, dapat memperlancar aliran darah dan meningkatkan kondisi tubuh secara keseluruhan.

Namun, disarankan untuk menghindari olahraga ekstrem yang justru dapat menyebabkan kelelahan dan menurunkan kualitas sperma.

4. Tidur yang Cukup

Tidur yang cukup, sekitar tujuh s.d delapan jam setiap malam, juga berperan penting dalam menjaga kesuburan pria. Pada saat tidur, hormon testosteron diproduksi, yang berpengaruh langsung pada pematangan sperma.

Produksi testosteron biasanya mulai meningkat pada tengah malam dan mencapai puncaknya pada pagi hari antara jam 6 hingga 9.

5. Konsumsi Makanan Sehat

Nutrisi yang baik sangat mendukung pembentukan sperma yang sehat. Mengonsumsi banyak sayur dan buah berwarna-warni dapat membantu meningkatkan kualitas sperma. Nutrisi yang tepat akan membantu tubuh dalam proses produksi dan pematangan sperma yang berkualitas untuk inseminasi.

6. Menjaga Suhu Testis dan Waktu Produksi Sperma

Suhu testis yang ideal berada di antara 33-34 derajat Celsius. Oleh karena itu, pria disarankan untuk menghindari penggunaan celana ketat yang dapat meningkatkan suhu testis dan mempengaruhi kualitas sperma.

Selain itu, penting untuk memberi jeda 2-3 hari sebelum pengambilan sperma, agar kualitas yang dihasilkan lebih optimal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *