coronatalk.org, Bandung – Kanker serviks salah satu penyakit yang mengintai kelompok wanita dengan intensitas kematian yang sangat tinggi.
Menurut dokter spesialis obgyn dan genologi Rumah Sakit Hermina, dr. Fardani Putra, Sp.OG, kanker serviks, atau yang dikenal juga sebagai kanker leher rahim, merupakan salah satu jenis kanker yang mempengaruhi sebagian besar perempuan di seluruh dunia.
“Penyebab utama dari kanker ini adalah infeksi persisten oleh Human Papillomavirus (HPV), terutama jenis HPV tertentu yang disebut high-risk HPV, seperti HPV-16 dan HPV-18,” terang Fardani dicuplik dari laman Hermina Hospitals.
Fardani menjelaskan HPV adalah virus yang umum dan dapat menyebar melalui kontak seksual. Meskipun kebanyakan infeksi HPV bisa pulih dengan sendirinya, infeksi yang berlangsung lama dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.
Fardani menyebutkan terdapat selain seseorang terinfeksi persisten oleh HPV, empat penyebab lain yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan kanker serviks meliputi:
1. Merokok
Merokok dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh, sehingga mempersulit tubuh untuk melawan infeksi HPV.
2. Pemakaian kontrasepsi hormonal
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara pemakaian jangka panjang dari pil KB atau kontrasepsi hormonal lainnya dengan peningkatan risiko kanker serviks.
3. Kondisi kekebalan tubuh yang lemah
Misalnya, pada penderita HIV/AIDS atau orang yang sedang menjalani transplantasi organ yang memerlukan penggunaan obat penekan sistem kekebalan tubuh.
4. Kehamilan yang berulang
Kehamilan yang sering atau pada usia muda mungkin meningkatkan risiko kanker serviks.
Fardani menuturkan ada tiga hal gejala kanker serviks pada tahap awal seringkali tidak terlihat. Namun, beberapa gejala yang mungkin muncul ketika kanker telah lebih maju meliputi:
– Pendarahan tidak normal. Seperti pendarahan setelah berhubungan seks, pendarahan diantara periode menstruasi, atau pendarahan setelah menopause.
– Keputihan tidak normal. Keputihan yang berbau tidak sedap, berwarna tidak biasa, atau berisi darah.
– Nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan seks.
“Penting untuk diingat bahwa gejala ini tidak selalu menunjukkan kanker serviks, tetapi jika Anda mengalami gejala ini, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut,” ungkap Fardani.
Fardani menyebutkan pencegahan kanker serviks terutama dilakukan melalui vaksinasi HPV dan skrining rutin dengan Pap smear.
Vaksin HPV dapat diberikan kepada anak perempuan dan laki-laki sebelum mereka terpapar virus HPV melalui aktivitas seksual.
“Pap smear adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau kanker serviks pada tahap awal, sehingga memungkinkan pengobatan yang lebih efektif,” sebut Fardani.
Selain itu, gaya hidup sehat juga dapat membantu mengurangi risiko kanker serviks, seperti tidak merokok, menjaga berat badan yang sehat, dan menghindari kebiasaan seksual yang berisiko tinggi.
Deteksi Dini Sangat Dianjurkan
Sedangkan dokter spesialis obgyn dam genologi onkologi Rumah Sakit Hermina lainnya, dr. Puja Agung Antonius, Sp.OG (K) Onk, menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah terjangkit kanker serviks.
“Kanker atau kanker leher rahim terjadi akibat infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang biasanya disebarkan melalui hubungan seksual,” tutur Agung.
Agung mebeberkan penyakit kanker serviks cukup mematikan dan sering kali tidak menimbulkan gejala pada awalnya. Namun ketika muncul, gejalanya kerap dianggap sebagai gejala menstruasi atau infeksi saluran kemih.
Gejala yang umum dialami oleh penderita kanker serviks adalah perdarahan saat berhubungan seks atau setelah masa menopause dan menstruasi, keputihan yang mengandung darah dan berbau busuk, nyeri panggul, dan nyeri saat berhubungan intim.
“Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat dihindari dan ditekan angka kejadiannya dengan melakukan upaya-upaya pencegahan agar tidak menimbulkan dampak yang fatal,” ungkap Agung.
Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks :
– Upaya Pencegahan PrimerPencegahan primer dilakuakn untuk mencegah terjadinya kontak dengan karsinogen atau penyebeb utama dari kanker serviks (virus HPV) melalui kegiatan promosi atau edukasi, seperti kegiatan penyuluhan atau edukasi kesehatan di masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan lain-lain.
– Upaya Pencegahan SekunderUpaya ini dilakukan dengan skrining/deteksi dini dan terapi lesi prakanker dan lesi invasif dini. Mendeteksi kanker serviks sedini mungkin juga merupakan bagian dari upaya mencegah dampak yang lebih serius.
Agung menyebutkan terdapat ada tiga cara mendeteksi kanker serviks secara dini:
1. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat )
IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Pemeriksaan ini biasanya lebih murah, praktis, dan mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana serta bisa dilaksanakan juga oleh selain dokter ginekologi seperti dilakukan di puskesmas.
Tujuan pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim.
Syarat Mengikuti Test IVA:
– Sudah pernah melakukan hubungan seksual- Tidak dalam keadaan menstruasi/ haid- Tidak dalam keadaan hamil- Tidak melakukan hubungan intim minimal 24 jam sebelum melakukan pemeriksaan
2. PAPSMEAR
Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.
Skrining dengan metode pap smear dilakukan untuk melihat perubahan sel dari normal, pra kanker hingga kanker. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks.
Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker.
Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks. Metode papsmear perlu dokter spesialis patologi anatami untuk melakukan penilaian.
3. Tes HPV DNA
Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi pada wanita seperti wanita yang menderita HIV, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terkena paparan diethylstilbestrol (DES) sebelum lahir, mendapatkan hasil abnormal (lesi prakanker) tingkat tinggi pada pap smear.
Infeksi HPV dapat memicu perubahan abnormal pada sel serviks yang berpotensi menjadi kanker serviks atau jenis kanker lainnya, seperti kanker vagina dan kanker anus.
Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks). Sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk diketahui apakah terdapat materi genetik (DNA) dari HPV di dalam sel serviks.
Tes HPV jauh lebih sensitif dari papsmea dan dikerjakan dengan metode PCR sehingga lebih akurat. Tes ini dapat dilakukan 3 tahun sekali jika hasil negatif
“Kanker serviks dapat dicegah dengan rutin melakukan deteksi dini. Dan jika tetap ingin sehat dan terhindar dari bahaya kanker serviks, tentunya harus selalu menjaga pola hidup yang sehat dan mulai untuk peduli akan diri dengan melakukan deteksi dini atau skrining dini untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini,” tutur Agung.
Agung mengimbau kepada seluruh kelompok wanita jangan takut untuk memeriksakan diri ke dokter, karena semakin cepat di ketahui semakin cepat pula tindakan pengobatan yang tepat bisa dilakukan.
Dengan berbagai penjelasan dokter tadi, sudah dapat dibayangkan oleh Anda berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang kondisi ini penting untuk kesehatan perempuan secara keseluruhan. Salam sehat!
Leave a Reply